Monday, April 16, 2007

black and white

Akhir atau awal tahun, orang selalu disibukan membuat resolusi, dan saya? Ah hanya angin lalu, karena bagi saya membuat resolusi sama dengan aturan, ada untuk dilanggar, prinsip saya, tahun baru sama dengan tahun-tahun sebelunya, berisi 24 jam, 7 hari dalam seminggu, dan 12 bulan dalam setahun, ada yang kurang?
Maka saya tidak menyebutnya itu sebuah resolusi tahunan, lebih tepatnya agenda atau janji, baik terhadap orang lain, terlebih terhadap diri sendiri.
Bersifat fleksibel, tidak terikat waktu dan cenderung tidak mengikat, tapi sekalinya agenda itu direncanakan, maka konsekuensi wajib hukumnya.
Dari tahun kemarin saya berniat untuk menggeluti dunia fotografi hitam putih, tapi baru terlaksana pertengahan januari lalu, bukan karena saya enggan untuk menghubungi "sang guru" tapi beliaulah yang terlampau sibuk, jadi disinalah saya sekarang, dalam proses belajar hitam putih. Semoga ini berhasil dan saya akan lulus. Itu harapan saya.
Lebih dekat dan intim menjalin hubungan dengan seseorang, partner kerja, soulmate, atau teman-teman yang membuat hidup saya layaknya sebuah roller coaster. Itu mimpi saya.
Lebih paham akan konsep hidup, mencoba untuk lebih dewasa dan tidak childish (I hate this behavior!) itu tujuan hidup saya.
Mencari seseorang yang dapat mengisi hidup saya, good man-fun sex-perfect life! Itu masa depan saya.
Menjalani dan mengonsep karya foto dengan soul-partner-mate saya, lebih serius dan tidak berharap banyak pada orang lelet, bekerja cepat, efisien, dan sempurna. Kalau bisa (dan saya mau) menjadi fighter! Itu dambaan saya.
Punya penghasilan tambahan untuk beli hal-hal berbau fotografi, dari kamera digital, Polaroid, wallpaper, sampai laptop. Itu janji saya.
Ganti image, potongan rambut baru, ikut trend baju dan warna 2007. itu bukan sifat saya.
Jadi apalah artinya resolusi (bagi saya) toh, dengan agenda yang telah saya list diatas sudah cukup untuk saya jalani sepanjang tahun ini, jika suatu hari nanti, saya punya kebutuhan lain, akan saya tambahkan dan akan diproses menjadi sesuatu yang berakhir dengan konsekuensi.
Saya benci orang plin-plan, menyebalkan dan pembohong tapi sedihnya kadang saya sendiri suka melakukan hal itu.
Saya tidak suka orang telat janjian, dan untungnya saya suka datang sejam atau setengah jam sebelum waktunya.
Saya suka menjadi dewasa, tapi sayangnya saya jarang melakukannya, masih perlu proses belajar atau masih childish?
Suka atau benci, hari-hari saya sekarang diisi dengan 9 grade, dari 1 putih, abu-abu gradasi, sampai 9 hitam pekat, layaknya foto hitam putih, simple, tidak jenuh dan jemu, tapi mempunyai karakter dan ciri khas kuat. Klasik, kuat untuk sebuah ukuran memori, mempunyai sejarah dan terselip mimpi di dalamnya, tentu saja, mimpi kita black and white kan?
"Dan entah dimana, di alam bawah sadar kita, warna hitam putih selalu mendominasi mimpi kita" kata Pochang.
Hidup yang colourfull sudah mulai saya tinggalkan, gunanya untuk lebih spesifik jika saya memilih sesuatu, tidak dibingunkan dengan mix and match sebuah warna yang hanya ditentukan oleh seorang designer hanya untuk memanipulasi spectrum warna kehidupan kita, membutakan mata hati dan kadang warna penuh dengan manipulasi, campuran tangan-tangan manusia yang tidak luput dari ketidaksempurnaan, fantasi dan hedonis yang berlebihan.
Saya benci warna-warni dari mulai pink tua , pink muda, pink mawar. Hijau daun, hijau lumut, hijau muda. Biru langit, biru persib, biru kehijau-hijauan.
Semua warna-warni memang menuntut kejelian dan tentu saja menyulitkan kita untuk memilih mana warna yang sejati. Dalam hitam putih saya hanya memilih sembilan, dalam warna-warni saya membutuhkan 3 warna primer ditambah kombinasinya yang menghasilkan 4 warna sekunder dan 12 tersier. Itu menurut teman arsitek saya, jumlahnya menjadi 16, dan masih bisa banyak lagi. Cukup membingungkan bagi saya yang hanya mempunyai pilihan kuat 9 warna. Apa itu namanya kalau bukan sebuah keragaman yang membuat bingung, tidak menemukan solusi.
Kita butuh warna ketika dunia sepi dan suram. Tapi saya suka kesuraman, karena ada kegalauan dan kesepian didalamnya, dalam kegalauan dan kesepian itulah, saya bisa menjadi, mencari dan menemui diri saya sebenarnya. Mencoba untuk merenung dan mengevaluasi diri. Membuat dunia semu sendiri, the finding never land, the place where I always belonging no matter how greedy I am.
What a wonderful world!

No comments: