Monday, April 16, 2007

surat bingung untuk tuhan

Esensi dari kehidupan adalah mencari misteri. Dan manusia akan bertahan di dunia selama ia masih mencari misteri tersebut. Ada manusia yang setiap paginya bangun tidur, beraktifitas lalu pulang ke rumah, tanpa pernah tahu ada peristiwa yang terjadi di dunia, yang bisa diambil pelajaran, lalu dijadikan hikmah, untuk terus menikmati hidup, bukan dengan sembarang bernafas dan melakukan ''to do list'', tapi dengan menemukan arti hidup. Tidak ada yang tahu bagaimana cara menemukannya, penuh dengan syarat makna.
Apa yang ada dipikiran kita ketika bangun tidur?
Menikmati cerahnya mentari pagikah? Lalu menyapa dunia?
Atau kegiatan bangun tidur diartikan dengan dimulainya hari baru, lalu beraktifitas seperti biasa, dunia diartikan sebagai tempat hidup, tanpa pernah tahu, bahwa dunia bisa dinikmati dengan berbagai berkah yang tersedia, untuk direnungi dan difahami makna, siapa aku ? untuk apa aku ada ? dapatkah aku melakukan sesuatu untuk dunia ?
Percayakah ? bahwa ada dzat yang maha misteri, entah itu berada jauh di pusat bumi, atau di atas langit ketujuh sekalipun, dzat itu yang maha memiliki semua misteri ini, menggerakan dan merencanakan sesuatu yang tidak kita tahu kemana arah dan tujuan dari rencana, ya, manusia yang hanya bisa membuat rencana, dan dalam hitungan detik, ZAP! lenyap...
Pernahkah mencoba bersepeda di saat menjelang isya, melewati jalanan yang gelap, ditemani bentangan sawah, suara kodok dan semilir angin sawah musim kemarau ? sambil merenung, mengutuki hari yang tak kunjung usai, dengan membawa beban yang hampir tak sanggup dipikul ? mencoba menjalani takdir yang hampir disumpah serapahi setiap detiknya, berharap dapat mengubah jalan hidup, agar selalu sesuai dengan rencana, berharap menjadi sutradara sekaligus aktor dalam satu episode kehidupan ?

Doa, hanya diartikan sebagai permohonan yang bisa dipanjatkan kapan dan dimana saja, tempat ibadah hanya diterjemahkan sebagai tempat agar dicap sebagai penganut agama yang saleh. Hubungan dengan Tuhan menjadi semacam lelucon, dan Tuhan hanya dibutuhkan ketika tertimpa musibah dan tidak tahu harus berharap dan meminta kepada siapa. Tuhan telah dijadikan tempat pelarian ketika lara berpacu dengan waktu, menuntut akhir yang indah.
Dosa? entahlah, nampaknya manusia sudah melupakan artinya. Sedangkan pahala, hanya imbalan ketika memberi sedekah pada orang fakir dan miskin. Sisanya, hanya remeh temeh dari apa yang dinamakan urusan tuhan dengan semesta. Tak mau dan tidak berusaha untuk tahu.
Lalu dimana manusia ketika ajal telah menjemput ? sebagai orang yang beragama mungkin menggagap ada kehidupan yang abadi setelah kehidupan fana ini. Tapi bagaimana dengan manusia acuh lainnya ? apa mereka berharap setelah masuk liang lahat, ada hari lain yang akan menanti ? entahlah, bagiku itu pun masih menjadi misteri.

Bagaimana dengan tangisan dan ratapan? Apakah disitu pun ada kehidupan yang layak untuk dirayakan?
Kebahagiaan dan tawa riang, mungkinkah itu hanya semu? Yang selayaknya dievaluasi ulang, dengan cara bagimana kita mencapainya? Dengan senang karena memotong padi, atau karena memotong padi dari hasil yang kita tanam?

Wahai dzat yang maha misteri...
Sampai dimana manusia harus menemukanjawaban dari semua rencanamu yang misterius ini ? masihkah berlaku segala peluh usaha dan perjuangan ? jika pada akhirnya semua sudah ditentukan ? dan manusia hidup layaknya sebagai seorang penjudi, hanya memiliki sedikit keberanian untuk bertaruh dan keberuntungan untuk memenangkan permainan.
Masihkah tersimpan sedikit pencerahan untuk kami, para manusia yang hidup dalam kegelapan misteri ini ?
Mengapa tak kau sudahi saja kehidupan yang hanya membuat manusia menjalani hidup dalam ketidakpastian ini? Ataukah ini juga termasuk dalam agendamu agar manusia tetap menjalaninya lalu menemukan jawaban misterimu? Apa kau akan tertawa bahagia dan menepu-nepuk pundak kami dengan bangga ketika kami telah mendapatkan arti dari misterimu? Atau kau hanya tersenyum sinis sembari mencoba lagi untuk membuat "rencana licik" di belakang punggung kami?

Tuhan,
Sebenarnya surat ini aku tulis karena aku bingung.

No comments: